Dalam beberapa tahun terakhir, pria menjadi lebih terbuka untuk meningkatkan penampilan dan kenyamanan mereka melalui prosedur estetika. Salah satu perawatan yang mendapatkan perhatian di seluruh dunia adalah Scrotox — suntikan Botox yang diaplikasikan pada skrotum. Meskipun awalnya dipopulerkan di AS, Scrotox dengan cepat menyebar ke pusat-pusat global seperti Bangkok, di mana klinik kesehatan dan estetika pria mengkhususkan diri dalam perawatan canggih dan rahasia.
Artikel ini menguraikan semua yang perlu Anda ketahui tentang Scrotox di Bangkok — termasuk cara kerjanya, manfaat, risiko, dan jadwal pemulihan — sehingga Anda dapat membuat keputusan yang tepat.
Apa Itu Scrotox?
Scrotox adalah prosedur kosmetik yang melibatkan penyuntikan Botox (toksin Botulinum tipe A) ke dalam kulit skrotum. Botox dikenal luas untuk mengurangi kerutan dan kekencangan otot di wajah, tetapi ketika diaplikasikan pada skrotum, ia memiliki efek yang sangat berbeda.
Efek utama dari Scrotox meliputi:
Scrotox adalah perawatan non-bedah yang minim invasif yang dilakukan di klinik, biasanya selesai dalam waktu 30 menit.
Mengapa Pria Melakukan Scrotox?
Pria melakukan Scrotox karena berbagai alasan, sering kali menggabungkan peningkatan estetika dengan manfaat gaya hidup.
Manfaat Estetika
Manfaat Kenyamanan
Manfaat Kepercayaan Diri
Bagaimana Prosedurnya Bekerja
Proses mendapatkan Scrotox sangat sederhana dan biasanya memerlukan tanpa waktu pemulihan.
Langkah 1: Konsultasi Seorang dokter akan mengevaluasi tujuan Anda, riwayat medis, dan kesesuaian untuk Botox.
Langkah 2: Persiapan Krim mati rasa atau kompres es diaplikasikan untuk mengurangi ketidaknyamanan.
Langkah 3: Penyuntikan Sejumlah kecil Botox disuntikkan ke seluruh kulit skrotum menggunakan jarum halus.
Langkah 4: Pasca-Perawatan Anda biasanya dapat kembali ke aktivitas sehari-hari segera, meskipun dokter merekomendasikan untuk menghindari aktivitas berat dan hubungan seksual selama 24 jam.
⏱️ Total waktu: 15–30 menit
Pemulihan dan Hasil
Pemulihan biasanya sangat cepat, dengan efek samping minimal.
Karena hasilnya bersifat sementara, banyak pria menjadwalkan sesi ulang setiap 4–6 bulan untuk mempertahankan efeknya.
Risiko dan Efek Samping
Meskipun Scrotox umumnya dianggap aman, ada potensi efek samping yang perlu diwaspadai:
Scrotox harus selalu dilakukan oleh dokter berkualitas yang berspesialisasi dalam estetika pria. Di klinik seperti Menscape di Bangkok, dokter dilatih dalam urologi dan prosedur kosmetik, memastikan keamanan dan kerahasiaan.
Scrotox vs. Botox Tradisional
Mengapa Bangkok Menjadi Pusat untuk Scrotox
Bangkok telah menjadi salah satu tujuan utama untuk perawatan kesehatan dan estetika pria. Inilah alasannya:
Pertanyaan yang Sering Diajukan (FAQ)
1. Apakah Scrotox menyakitkan?
Tidak. Sebagian besar pria melaporkan ketidaknyamanan minimal, berkat agen mati rasa.
2. Berapa lama hasilnya bertahan?
Antara 3 hingga 6 bulan. Sesi rutin direkomendasikan untuk pemeliharaan.
3. Apakah Scrotox meningkatkan performa seksual
Meskipun Scrotox dapat meningkatkan kepercayaan diri, itu tidak secara langsung memengaruhi ereksi. Untuk perawatan disfungsi ereksi, lihat Terapi PRP untuk DE atau Terapi Gelombang Kejut.
4. Berapa biaya Scrotox di Bangkok?
Harga bervariasi berdasarkan klinik dan dosis. Hubungi tim kami di Menscape untuk harga yang pasti.
5. Apakah ada risiko jangka panjang?
Ketika dilakukan oleh spesialis, Scrotox aman tanpa efek samping jangka panjang yang diketahui.
Poin-Poin Penting
Siap menjelajahi Scrotox di Bangkok? Pesan konsultasi rahasia hari ini dengan salah satu ahli kesehatan pria kami.
1.Ramelli E, Brault N, Tierny C, Atlan M, Cristofari S. Intrascrotal injection of botulinum toxin A, a male genital aesthetic demand: Technique and limits. Prog Urol. 2020 May;30(6):312-317. doi: 10.1016/j.purol.2020.04.016. Epub 2020 Apr 29. PMID: 32359923.2.Schiellerup NS, Kobberø H, Andersen K, Poulsen CA, Poulsen MH. Evaluation of Botox treatment in patients with chronic scrotal pain: Protocol for a randomized double-blinded control trial. BJUI Compass. 2024 Apr 24;5(6):541-547. doi: 10.1002/bco2.349. Erratum in: BJUI Compass. 2024 Dec 30;5(12):1324-1329. doi: 10.1002/bco2.482. PMID: 38873349; PMCID: PMC11168772.

